copas dari blog sufi medan.
Jika Pembaca yang budiman berkenan,
mohon kiranya agar risalah yang sederhana ini disebarkan, dengan niat
lillahi Ta'ala, untuk mentashih (memperbaiki) kesalahpahaman sebahagian
saudara kita terhadap hak-hak dan kehormatan Junjungan kita Nabi Besar
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kita tidak menemukan nash yang
shorih daripada Alquran dan Sunnah yang mengatakan bahwa kedua orang
tua Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah kafir lalu mengapa
sebahagian kita sangat memperjuangkan dengan mati-matian bahwa keduanya
adalah kafir sehingga buku-bukupun ditulis, artikel-artikelpun
disebarkan dan diceramah-ceramahpun ditekankan bahwa Abdullah bin Abdul
Muthallib dan Aminah binti Wahhab adalah daripada orang-orang kafir,
seolah-olah ini sudah menjadi keyakinan yang wajib diimani oleh setiap
muslim. Buang-buang waktu dan
tenaga, padahal setahu penulis, tidak ada rukun iman
ketujuh yang mengharuskan seorang mukmin mengimani bahwa kedua orang
tua Rasulullah Saw adalah kafir. Lebih baik mereka menulis buku-buku
tentang bagaimana akhlak dan adab seorang muslim kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, sebab hemat penulis, sebagian umat Islam
saat ini sangat miskin dengan adab kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam daripada melakukan kesyirikan menduakan Allah
subhanahu wa ta'ala.
Padahal mereka hanya bermodalkan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam;
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ
رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِي قَالَ فِي النَّارِ
فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ
Telah menceritakan kepada kami
Abu Bakr bin Abi Syaibah menceritakan kepada kami Affan menceritakan
kepada kami Hamad bin Salamah dari Tsabit dari Anas bahwasanya
seseorang berkata; "Wahai Rasulullah, dimanakah bapakku?" Rasulullah
Saw bersabda; "Di dalam neraka." Maka ketika orang itu beranjak pergi
Rasulpun memanggilnya maka Rasul berkata; "Sesungguhnya bapakku dan
bapakmu di dalam neraka."
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim Radhiyallahu 'anhu nmr. 347)
Hadits di atas tidak secara
langsung menyebutkan bahwa bapak Rasulullah adalah kafir, lalu mengapa
mereka begitu terburu-buru hingga berani lancang melompati hadits
dengan mengatakan lafazh kafir terhadap kedua orang tua Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia, yang mereka sendiripun belum
meyakini kekafirannya.
Hadits tersebut hanyalah
menceritakan seorang arab badui yang menanyakan status bapaknya yang
telah wafat namun belum menyatakan iman, apakah tempatnya di neraka
atau di surga?
Kita tidak bisa memahami hadits
di atas dengan langsung mengambil zhahirnya begitu saja, tanpa
perbandingan dengan nash-nash yang lain dan tanpa analisa serta
renungan yang mendalam, sebab jika mengambil zhahirnya saja pasti akan
bertentangan dengan firman Allah Ta'ala, (dan ini tidak mungkin
terjadi);
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا
"Dan kami tidak akan memberikan adzab sebelum kami mengutus seorang Rasul." (Al-Isra': 15)
Pertama sekali marilah kita melihat komentar Imam Nawawi ketika mensyarah hadits di atas;
فِيهِ : أَنَّ مَنْ مَاتَ عَلَى
الْكُفْر فَهُوَ فِي النَّار ، وَلَا تَنْفَعهُ قَرَابَة الْمُقَرَّبِينَ ،
وَفِيهِ أَنَّ مَنْ مَاتَ فِي الْفَتْرَة عَلَى مَا كَانَتْ عَلَيْهِ
الْعَرَب مِنْ عِبَادَة الْأَوْثَان فَهُوَ مِنْ أَهْل النَّار ، وَلَيْسَ
هَذَا مُؤَاخَذَة قَبْل بُلُوغ الدَّعْوَة ، فَإِنَّ هَؤُلَاءِ كَانَتْ
قَدْ بَلَغَتْهُمْ دَعْوَة إِبْرَاهِيم وَغَيْره مِنْ الْأَنْبِيَاء
صَلَوَات اللَّه تَعَالَى وَسَلَامه عَلَيْهِمْ . وَقَوْله صَلَّى اللَّه
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِنَّ أَبِي وَأَبَاك فِي النَّار ) هُوَ مِنْ
حُسْن الْعِشْرَة لِلتَّسْلِيَةِ بِالِاشْتِرَاكِ فِي الْمُصِيبَة
Di dalam hadits ini: bahwasanya
siapa yang mati dalam kekafiran maka dia di neraka dan tidak memberikan
manfaat kepadanya hubungan kekerabatan, dan di dalam hadits juga bahwa
siapa yang mati dalam masa fatrah (masa tidak adanya seorang Rasul)
akan tetapi dia menyembah berhala maka dia daripada ahli neraka dan
inipun tidak berlaku sebelum sampainya dakwah (Islam). Maka
sesungguhnya mereka itu (kaum bapak si penanya), telah sampai dakwah
Ibrahim kepada mereka dan dakwah nabi-nabi yang lain. Dan sabdanya Saw:
(Sesungguhnya bapakku dan bapakmu di neraka) ia daripada bentuk
luwesnya pergaulan (Rasulullah) untuk menghibur (si penanya) dengan
mengatakan sama-sama tertimpa musibah (maksudnya neraka).
Coba perhatikan kalam imam Nawawi di atas dengan teliti;
"…bahwa
siapa yang mati dalam masa fatrah akan tetapi dia menyembah berhala
maka dia daripada ahli neraka dan ini tidak berlaku sebelum sampainya
dakwah (islam)".
Mafhum mukhalafahnya: bahwa
siapa yang mati dalam masa fatrah akan tetapi dia tidak menyembah
berhala maka dia bukan daripada ahli neraka.
Berikut penulis lanjutkan dalam bentuk tanya jawab agar lebih mudah dipahami.
Juragan: Dengan hadits di atas, adakah kalian dapat memastikan bahwa Abdullah dan Aminah adalah penyembah berhala?!
W*h*b*: Tentu tidak, bahkan kita
tidak punya dalil atau keterangan yang pasti yang menyatakan bahwa
keduanya pernah menyembah berhala.
Juragan: Lalu mengapa kalian berani mencap keduanya adalah kafir???
W*h*b*:: Ya, maafkan kami, kami
khilaf, terlalu terburu-buru memahami zhahir hadits dan kalam Imam
Nawawi di atas. Kalau begitu, lantas hadits masuk neraka itu untuk
siapa?
Juragan: Ya untuk bapak si
penanya aja dong. Sebagaimana jawaban Rasul yang pertama. Sebab mungkin
bapak si penanya itu adalah memang penyembah berhala padahal telah
sampai dakwah Ibrahim kepadanya. Adapun Abdullah bapak Rasul, adalah
seorang pemuda yang berpegang teguh kepada agama yang hanif, agama
Ibrahim, hingga tak pernah sekalipun kita mendengar ada riwayat bahwa
beliau pernah sujud kepada berhala. Begitu pula dengan ayahnya
Abdullah, Abdul Muthallib dan kakek serta seterusnya leluhurnya ke atas
hingga sampai kepada Ibrahim 'alaihissalam. Mari kita dengar doa-doa
Ibrahim 'alaihissalam atas keturunannya yang insya Allah maqbul.
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ
"Dan ketika Ibrahim berkata,"
Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman dan jauhkanlah
aku dan keturunanku daripada menyembah berhala"(Surat Ibrahim: 35)
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang-orang yang mendirikan shalat dan juga daripada keturunanku."(Surat Ibrahim: 40)
عن ابن عباس قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما ولدنى من سفاح اهل الجاهلية شئ ما ولدنى الا نكاح كنكاح الاسلام
Dari Ibnu Abbas berkata,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sedikitpun aku
tidak dilahirkan dari perzinahan orang-orang ahli Jahiliyah dan tidak
pula aku dilahirkan kecuali dengan nikah seperti nikahnya Islam."
(Riwayat Imam Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra nmr. 3223)
Dan Rasul shallallahu 'alaihi wa
sallam pasti tahu itu. Makanya pas jawaban pertama tadi, cuman bapak
si penanya aja yang masuk neraka, kata Rasul shallallahu 'alaihi wa
sallam.
W*h*b*: Lalu kenapa yang kedua kalinya Rasul menjawab bapak Rasul juga masuk neraka?
Juragan: Itulah baiknya hati
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau tidak ingin si penanya
sedih dan kecewa dengan jawabannya. Terlebih si penanya adalah orang
pelosok, lemah iman, susah paham dan gampang kembali pada kemurtadan.
Takutnya dikasih tau begitu, keluar pula dia dari Islam, eyah khan??!
karena terlalu sedih dan kecewa dengan agama barunya. Maka Rasul
mensamarkan jawabannya yang kedua dengan mengatakan bapaknya juga masuk
dalam neraka. Inilah yang dimaksud dengan tawriyah (menampakkan kalam
namun tidak sesuai dengan apa yang ada di hati). Agar jawaban menjadi
kabur antara bapak kandung dengan bapak dalam artian paman. Sebab orang
Arab menyebut paman ('ammu) juga dengan bapak (abu). Itulah yang
dimaksud Imam Nawawi dalam kalamnya:
هُوَ مِنْ حُسْن الْعِشْرَة لِلتَّسْلِيَةِ بِالِاشْتِرَاكِ فِي الْمُصِيبَة
"…ia daripada bentuk luwesnya pergaulan (Rasulullah) untuk menghibur (si penanya) dengan mengatakan sama-sama tertimpa musibah."
Coba simak perkataan Imam
Suyuthi radhiyallahu 'anhu: Aku telah menyelami dengan semua bacaan
maka aku mendapati bhw semua ibu para Nabi adalah wanita2 yg beriman,
maka lebih pastilah lagi ibunya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam juga wanita yg beriman. (Imam Suyuthi, Abawai Rasulillah fil
Jannah hal. 29)
Akhirnyan sebuah prosa dari Juragan…
Wahai kaum yang mengkafirkan Ayah Ibu Rasul Junjungan…
Terpulang kepada engkaulah…
Aku sudah memberikan dalil-dalil yang nyata…
Bahwa Abdullah dan Aminah adalah orang-orang yang beriman
Sementara engkau ragu tentang mereka…
antara kafir dan beriman…
Sungguh engkau berada di pertengahan…
Jika engkau adalah seorang yang adil…
Maka engkau setidaknya mengambil jalan pertengahan…
Tidak mengimankan dan tidak pula mengkafirkan…alias diam…
Jika engkau adalah seorang yang baik…
Maka engkau akan selalu pasang sikap husnuzhon kepada siapapun…
Terlebih kepada ayah ibu Rasul Junjungan
Tetapi jika engkau lebih tetap memilih untuk berjiwa kerdil…
Maka silahkan engkau lanjutkan…di sana-sini akan pengkafiran…
Adapun aku dan semua yang menonton…
Hanya bias terdiam…
Menyaksikan sebuah keluguan orang-orang yang tak berakal…
Yah…jika bandelnya sudah parah sedemikian…
Lebih baik kamu menjadi orang yang tak berakal…
Agar kelak, segala perkataan dan perbuatan…
tidak dimintai pertanggung jawaban…
Wassalam
Disarikan dari kitab Al-Imam
Al-Hafizh Al-Mufassir Al-Muhaddits Ash-Shufi Imam Suyuthi radhiyallahu
'anhu wa ardhahu At-ta'zhim wal Minnah
Fii Anna Abawai Rasulillah fil Jannah cet. Dar Jawami' Al Kalim Kairo dari halaman 48-54.
Wallahu a'lam bish-shawab…
Al-faqir ila 'afwi Rabbih