Sabtu, 21 Januari 2012

Keutamaan menghafal Quran


Keutamaan menghafal Quran
1.Bernilai ibadah dimana pahalanya dihitung dari tiap huruf yang dibaca
Dari Ibnu Mas’ud ra, Rasulullah bersabda, ” Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka akan mendapat hasanat dan tiap hasanat mempunyai pahala berlipat 10 kali. Saya tidak berkata Alif Lam Mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dn Mim satu huruf.” (HR Tirmidzi)
2.Sebaik-baik amal
Rasulullah saw. bersabda : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al Qur’an” (HR. Bukhari dari Utsman bin Affan).
3.Akan mendapat rahmat dan kasih sayang dari Allah SWT
Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai 2 ahli diantara manusia”. Sahabat bertanya, ”Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Ahli Al-Qur’an adalah ahli Allah, dan orang-Nya khusus.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah, Hadits Hasan)
4.Al-Qur’an akan menjadi penolong dan memberi syafaat di hari kiamat
Dari Abu Umamah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat, sebagai pembela pada orang yang mempelajari dan mentaatinya.” (HR Muslim).
5.Ditempatkan bersama para malaikat
Dari Aisyah ra, Raslullah SAW bersabda, ”Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an akan berkumpul para malaikat yang mulia-mulia lagi taat. Sedang siapa orang yang megap-megap dan berat jika membaca Al-Qur’an, mendapat pahala 2 kali lipat.” (HR Bukhari, Muslim)
6.Mendapat rahmat dan sakinah dari Allah swt
Dari Al Barra bin Azib RA, “ Ada seorang membaca surat Al Kahfi sedang tidak jauh dari tempatnya, ada kuda yang terikat dengan tali kanan kiri, tiba-tiba orang itu diliputi oleh cahaya yang selalu mendekat kepadanya, sedang kuda itu lari ketakutan. Dan pada pagi hari ia datang memberi tahu kejadian itu kepada nabi SAW, maka bersabda nabi SAW, ”Itulah ketenangan (rahmat) yang telah turun untuk bacaan Al-Qur’an itu.” (HR Bukhari dan Muslim).
“Tidak ada satu kaum yang mereka sedang berdzikir kepada Allah, kecuali para malaikat akan mengitarinya, dan rahmat Allah akan tercurah kepadanya, dan sakinah (kedamaian) akan turun di atasnya, dan Allah akan sebutkan mereka pada malaikat yang ada di sisi-Nya. (HR. At Tirmidzi dan Ibn Majah dari Abu Hurairah dan Abu Said).
7.Diangkat derajatnya oleh Allah swt di dunia
“Sesungguhnya Allah akan mengangkat suatu kaum dengan kitab ini dan akan menjatuhkannya dengan kitab ini pula” (HR Muslim dari Umar bin Khatthab).
8.Menghidupkan hati
Dari Ibn Abbas ra berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya orang yang di hatinya tidak ada sesuatupun dari Al Qur’an, maka ia bagaikan rumah kosong. (HR At Tirmidzi).
9.Penghafal Qur’an mendapatkan tasyrif nabawi/penghargaan khusus dari Nabi saw.
Di antara penghargaan yang pernah diberikan Nabi SAW kepada para sahabat penghafal Al Qur’an adalah perhatian kepada para syuhada Uhud yang hafizh Al Qur’an. Rasul saw mendahulukan pemakamannya.
“Adalah nabi mengumpulkan di antara dua orang syuhada Uhud kemudian beliau bersabda, “Manakah di antara keduanya yang lebih banyak hafal Al Qur’an, ketika ditunjuk kepada salah satunya, maka beliau mendahulukan pemakamannya di liang lahat.” (HR. Bukhari).
Pada kesempatan lain, Nabi saw. memberikan amanat kepada para Huffazhul Qur’an dengan mengangkatnya sebagai pemimpin delegasi. Dari Abu Hurairah ra. ia berkata, “Telah mengutus Rasulullah saw. sebuah delegasi yang banyak jumlahnya, kemudian Rasul mengetes hafalan mereka, kemudian satu per satu disuruh membaca apa yang sudah dihafal, maka sampailah pada Shahabi yang paling muda usianya, beliau bertanya, “Surat apa yang kau hafal? Ia menjawab,”Aku hafal surat ini..surat ini.. dan surat Al Baqarah.” Benarkah kamu hafal surat Al Baqarah?” Tanya Nabi lagi. Shahabi menjawab, “Benar.”. Nabi bersabda, “Berangkatlah kamu dan kamulah pemimpin delegasi.” (HR. At Tirmidzi dan An Nasaa’i).
Kepada orang yang hafal Al Qur’an, Rasul saw menetapkan berhak menjadi imam shalat berjama’ah. Rasulullah saw. bersabda, “Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak hafalannya.” (HR. Muslim).
10.Menghormati seorang hafizh Al Qur’an berarti mengagungkan Allah
“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah menghormati orang tua yang muslim, penghafal Al Qur’an yang tidak melampaui batas (di dalam mengamalkan dan memahaminya) dan tidak menjauhinya (enggan membaca danmengamalkannya) dan Penguasa yang adil.” (HR. Abu Dawud).
11.Ditinggikan derajatnya oleh Allah swt di surga
Rasulullah SAW bersabda: Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Al-Qur’an, “Bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah dengan tartil, seperti yang dilakukan di dunia, karena manzilah-mu terletak di akhir ayat yang engkau baca. “ (HR Tirmidzi)
12.Kedua orang tuanya akan mendapat kemuliaan di akhirat
“…maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Qur’an…” (HR. Al Hakim).

Jumat, 06 Januari 2012

masalah ilmu

“Sehubungan dengan masalah ilmu, ada empat macam manusia yang memperoleh pahala: orang yang bertanya, orang yang mengajarkan, orang yang mendengarkan, dan orang yang mencintai ketiga-tiganya.” (HR Abu Nu’aim dari Sayidina Ali)

Menurut KH Mustofa Bisri



Wakil Rais Am Pengurus Besar Nahlatul Ulama KH Mustofa Bisri mengingatkan masyarakat untuk tidak gerah menghadapi gerakan Islam transnasional.


Menurutnya, mereka berulah karena belum memahami agama secara utuh. “Ibarat anak sekolahan, baru tingkat SMA sudah mengaku jadi profesor,” sindir Gus Mus, panggilan KH Mustofa Bisri.

“Memahami agama itu, melalui tahapan yang berjenjang dan memiliki guru yang bisa mempertanggungjawabkan keilmuannya,” tuturnya saat menyampaikan mauidloh hasanah pada peringatan Hari Lahir (Harlah) NU ke-85 tingkat Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Paguyangan di lapangan desa Kretek Selasa (11/10).

Sekarang, lanjutnya, banyak bermunculan anak-anak muda yang belum matang dalam beragama tiba-tiba berlagak gaya kiai. Bahkan dengan lantang berani mengharamkan dan mengkafirkan orang lain.

“Mereka sepertinya telah mengkapling-kapling surga,” kata pengasuh pesantren Raudhatut Tholibin Rembang itu.

Lebih parah lagi, lanjutnya, mereka tidak mau memperdalam keilmuannya lebih lanjut, mereka tidak mau ngaji. Atas kedangkalan ilmunya itu, mereka selalu bikin usrek di masyarakat. Bahkan kerap bertindak anarkis dan teror. Untuk itu, masyarakat jangan gampang tergoda dengan ulah mereka.

“Dia paling-paling hanya belajar lewat majalah-majalah yang ulasan dan pemahaman terlalu dangkal. Biasa, kalau air beriak tanda tak dalam,” terangnya.

Menurut Gus Mus, ada banyak jenis kiai di era kini. Pertama, ada Kiai buatan masyarakat yang dilahirkan oleh masyarakat dan bermanfaat untuk masyarakat. Kiai ini yang harus kita teladani karena merupakan pewaris para nabi. Ada pula kiai buatan pemerintah yang biasanya tergabung dalam Majelis Ulama Indonesia (MUI), kiai ini seringkali bikin fatwa. Ada juga kiai buatan parpol, yang sorbannya selalu baru.

Juga ada kiai buatan pers (wartawan). Kiai ini sangat terkenal karena selalu muncul di televisi dan koran. Dan yang terakhir, kiai buatan sendiri. Maksudnya, mengaku menjadi kiai dengan cara memaki peci putih, sorban panjang dan jubah serta pandai berakting.

Dia juga berpesan, agar Nahdliyin (warga NU) mengedepankan kemaslahatan bersama. Jangan terlalu berlebih-lebihan. Bila sesuatu dilakukan secara kelewat batas maka dikategorikan sebagai orang ekstrim. Ibarat makan, kalau makan sepiring itu wajar dan patut. Tapi kalau satu orang makan nasi satu bakul maka ekstrim.

“Warga NU itu orang Indonesia yang beragama Islam, jadi bukan umat islam yang numpang hidup di Indonesia,” kata Gus Mus.
Nurdin M Top dan DR Azhari yang teroris itu adalah orang-orang Islam yang numpang di Indonesia. Jadi merasa tidak memiliki rasa kebangsaan Indonesia. Makanya dengan tidak bertanggungjawab mengebom Indonesia.


Pendiri NU, KH Hasyim Asy Ari adalah juga pendiri Republik yang diteruskan oleh Wahab Hasbullah. Setelah kemerdekaan Wahid Hasyim dan Abdurrahman Wahid adalah tokoh-tokoh Nasionalis dan patriot sejati. “Maka siapapun yang mengusik Indonesia sama saja mengusik NU, dan NU harus bangkit,” ajaknya.

Setelah 85 tahun NU berdiri berada pada titik kemapanan. Pada usia ini selain banyak mendapatkan godaan dan tantangan juga pada masa yang melenakan. “Kenapa banyak yang tidak bangkit, karena banyak yang terlena dengan asyik dalam tidurnya,” seloroh Gus Mus.

Untuk itu, dia mengajak seluruh warga NU untuk kembali bangkit terus. Perintisan generasi terus ditumbuhkembangkan demi tetap tegaknya paham ahlus sunah waljamaah dan tetap kokohnya NKRI.

Sementara Pkengasuh Pesantren Al Falah KH Mansyur Tarsudi mengajak pengurus NU kembali menghidupkan laelatul ijtima. Sehingga problema kehidupan Nahdliyin, bangsa dan negara bisa terpecahkan hanya ditingkatan anak ranting maupun ranting (desa).

Hadir dalam kesempatan tersebut ribuan warga Kecamatan Paguyangan, Rais Suriyah Pengurus Cabang (PC) NU Kabupaten Brebes KH Aminudin Mashudi dan Katib KH Nuriman Ali, Wakil Ketua Tanfidziyah PC NU Drs KH Sodikin Rachman, Sekretaris PCNU M Ali Nurdin dan Lakhmudin.

Selasa, 03 Januari 2012

Latar belakang sejarah singkat berdirinya Pontren Istiqomah


1.      Latar belakang sejarah singkat  berdirinya Pontren Istiqomah  :
·         Bercermin kepada Barito Utara, khususnya kota Muara Teweh yang perkembangannya cukup cepat dan kehidupan masyarakatnya yang mulai tersentuh oleh arus modernisasi dan globalisasi, sehingga pertumbuhan moral dan mental generasi muda islam terancam rusak dan hancur. terlihat bahwa gairah hidup beragama dengan melaksanakan syariat islam tidak memadai, maka hal ini perlu ada antisipasi.
·         Usaha untuk mencetak kader ulama rabbani dan perhatian terhadap ilmu agama tidak diberikan perhatian dengan sewajarnya sehingga terasa kurang lembaga-lembaga yang dibangun untuk tujuan tersebut.
·         Terasa akan kurangnya Ulama sebagai pewaris para Nabi yang dapat membimbing dan membawa umat ini ke arah kebaikan hidup di dunia dan kesejahteraan di akhirat. Kurangnya ulama berarti pertanda akan hilangnya ilmu dari permukaan bumi ini.