kasih yang terlupakan
SEMANGKUK BAKSO
----------------------------------
Dikisahkan, biasanya di hari ulang tahun Putri, ibu pasti sibuk di
dapur memasak dan menghidangkan makanan kesukaannya. Tepat saat yang
ditunggu, betapa kecewa hati si Putri, meja makan kosong, tidak tampak
sedikit pun bayangan makanan kesukaannya tersedia di sana. Putri kesal,
marah, dan jengkel.
"Huh, ibu sudah tidak sayang lagi padaku.
Suda...h tidak ingat hari ulang tahun anaknya sendiri, sungguh
keterlaluan," gerutunya dalam hati. "Ini semua pasti gara-gara adinda
sakit semalam sehingga ibu lupa pada ulang tahun dan makanan kesukaanku.
Dasar anak manja!"
Ditunggu sampai siang, tampaknya orang serumah
tidak peduli lagi kepadanya. Tidak ada yang memberi selamat, ciuman,
atau mungkin memberi kado untuknya.
Dengan perasaan marah dan sedih,
Putri pergi meninggalkan rumah begitu saja. Perut kosong dan pikiran
yang dipenuhi kejengkelan membuatnya berjalan sembarangan. Saat melewati
sebuah gerobak penjual bakso dan mencium aroma nikmat, tiba-tiba Putri
sadar, betapa lapar perutnya! Dia menatap nanar kepulan asap di atas
semangkuk bakso.
"Mau beli bakso, neng? Duduk saja di dalam," sapa si tukang bakso.
"Mau, bang. Tapi saya tidak punya uang," jawabnya tersipu malu.
"Bagaimana kalau hari ini abang traktir kamu? Duduklah, abang siapin mi bakso yang super enak."
Putri pun segera duduk di dalam.
Tiba-tiba, dia tidak kuasa menahan air matanya, "Lho, kenapa menangis, neng?" tanya si abang.
"Saya jadi ingat ibu saya, nang. Sebenarnya... hari ini ulang tahun
saya. Malah abang, yang tidak saya kenal, yang memberi saya makan. Ibuku
sendiri tidak ingat hari ulang tahunku apalagi memberi makanan
kesukaanku. Saya sedih dan kecewa, bang."
"Neng cantik, abang yang
baru sekali aja memberi makanan bisa bikin neng terharu sampai nangis.
Lha, padahal ibu dan bapak neng, yang ngasih makan tiap hari, dari neng
bayi sampai segede ini, apa neng pernah terharu begini? Jangan
ngeremehin orangtua sendiri neng, ntar nyesel lho."
Putri seketika tersadar, "Kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu?"
Setelah menghabiskan makanan dan berucap banyak terima kasih, Putri
bergegas pergi. Setiba di rumah, ibunya menyambut dengan pelukan hangat,
wajah cemas sekaligus lega,
"Putri, dari mana kamu seharian ini,
ibu tidak tahu harus mencari kamu ke mana. Putri, selamat ulang tahun
ya. Ibu telah membuat semua makanan kesukaan Putri. Putri pasti lapar
kan? Ayo nikmati semua itu."
"Ibu, maafkan Putri, Bu," Putri pun
menangis dan menyesal di pelukan ibunya. Dan yang membuat Putri semakin
menyesal, ternyata di dalam rumah hadir pula sahabat-sahabat baik dan
paman serta bibinya. Ternyata ibu Putri membuatkan pesta kejutan untuk
putri kesayangannya.
=====================================================
Saat kita mendapat pertolongan atau menerima pemberian sekecil apapun
dari orang lain, sering kali kita begitu senang dan selalu berterima
kasih. Sayangnya, kadang kasih dan kepedulian tanpa syarat yang
diberikan oleh orangtua dan saudara tidak tampak di mata kita. Seolah
menjadi kewajiban orangtua untuk selalu berada di posisi siap membantu,
kapan pun.
Bahkan, jika hal itu tidak terpenuhi, segera kita
memvonis, yang tidak sayanglah, yang tidak mengerti anak sendirilah,
atau dilanda perasaan sedih, marah, dan kecewa yang hanya merugikan diri
sendiri. Maka untuk itu, kita butuh untuk belajar dan belajar
mengendalikan diri, agar kita mampu hidup secara harmonis dengan
keluarga, orangtua, saudara, dan dengan masyarakat lainnya.
BY 4d3L
Tidak ada komentar:
Posting Komentar