Selasa, 06 November 2012

nasehat untuk anakku file2

Pelajaran 6 : Adab-Adab dalam Menuntul Ilmu yang Mulia


Adab-Adab dalam Menuntul Ilmu yang Mulia

Wahai anakku: tetaplah menuntut ilmu dengan kesungguhan dan penuh kerajinan. Jagalah waktumu, pergunakanlah untuk memecahkan masalah yang bermanfaat bagimu dan bukan sesuatu yang tidak ada manfaatnya.

wahai anakku: pelajarilah terlebih dulu pelajaran-pelajaran yang ada pada kurikulummu dengan benar sebelum engkau mendengarkannya dari ustadz di majlis, apabila ada sesuatu perkara yang kamu anggap sukar pada suatu permasalahan yang ada, maka janganlah engkau enggan mengungkapkannya kepada salah seorang dari saudaramu, supaya bersama-sama memahaminya, dan janganlah engkau berpindah dari suatu permasalahan kepada permasalahan yang lainnya sebelum engkau benar-benar memahami permasalahan yang pertama dengan pemahaman yang baik.

Wahai anakku: apabila ustadz telah memulai membacakan pelajaran maka janganlah kamu menyibukkan diri dengan obrolan, jangan disibukkan dengan berdiskusi bersama saudaramu, dan curahkanlah perhatian kepada apa yang akan diterangkan oleh ustadz, serta janganlah kamu menyibukkan pikiranmu kepada sesuatu yang lain dari bisikan-bisikan jiwa di tengah-tengah pelajaran, dan apabila kamu mengalami kesukaran pada suatu permasalahan setelah diterangkan oleh ustadz maka mintalah penjelasan dari ustadz dengan sopan dan dengan pengulangan masalah dengan sempurna. Jauhkanlah olehmu untuk mengeraskan suaramu di hadapan ustadzmu, atau engkau mendebat beliau apabila beliau berpalig darimu dan tidak mau menoleh kepada ucapanmu.

Wahai anakku: apabila seorang murid terlepas dari adab sopan santun di hadapan ustadznya, maka jatuhlah harga diri dia di hadapan ustadznya dan dihadapan saudara-saudaranya dan dia berhak mendapatkan hukuman atas ketidaksopanannya itu.

Duhai anakku: apabila kamu tidak memuliakan ustadzmu di atas pemuliaanmu terhadap bapakmu, maka kamu tidak dapat mengambil faedah dari ilmu-ilmunya dan tidak pula dari pelajaran-pelajaran beliau sedikitpun.

Duhai anakku: perhiasan ilmu adalah tawadhu' (sikap rendah hati) dan sopan santun. Maka barang siapa yang bertawadhu' hanya karena Allah niscaya Allah akan mengangkatnya, dan makhluk-Nya akan mencintainya. Dan barang siapa yang sombong serta jelek adabnya, niscaya dia akan menjadi hina di hadapan manusia, dan Allah akan menjadikan manusia memurkai dia sehingga hampir-hampir tidak kamu dapati seseorang pun yang mau memuliakan dia atau memberikan kasih sayang kepadanya.

Wahai anakku: Tidak ada perkarapun yang lebih berbahaya atas penuntut ilmu dari kemarahan ustadz. Maka hati-hatilah kamu -wahai anakku- jangan sampai engkau membuat marah salah seorang dari pengajarmu atau engkau berperilaku jelek di hadapannya, karena sesungguhnya paling minimalnya akibat dari kemurkaan para ustadz adalah terputusnya pengajaran. Maka terimalah nasehatku untukmu -wahai anakku- dan carilah keridhaan para gurumu, dan mintalah doa kepada mereka akan kesuksesan bagi dirimu, niscaya Allah mengabulkan permohonan mereka bagimu. Apabila kamu dalam keadaan sendirian, maka perbanyaklah doa dan memohon dengan tulus kepada Allah Ta'ala supaya engkau diberi rizki oleh-Nya berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shaleh. Sesunggunya Rabbmu adalah Maha Mendengar semua doa dan Maha Luas Kemuliaan dan Kedermawanan-Nya.

Pelajaran 7 : Adab di Dalam Belajar, Mengulas Pelajaran, dan Berdiskusi


Adab di Dalam Belajar, Mengulas Pelajaran, dan Berdiskusi

Wahai anakku: jika engkau menginginkan kebaikan bagi dirimu, maka janganlah kamu menkaji pelajaranmu sendirian. Namun, hendaklah kamu mengambil salah seorang dari saudaramu yang bakal menemanimu dalam memahamiya, maka apabila engkau melewati suatu permasalahan dan kamu menyangka bahwa kamu telah memahaminya, maka jangan kamu merasa puas dengan prasangkamu tersebut sampai kamu bisa meniggalkann kitab dari dari tanganmu dan kamu dapat memastikannya kepada dirimu sendiri atau kepada orang yang belajar bersamamu, seolah-olah kamu sedang memberikan pelajaran kapada para pelajar.

Wahai anakku: beradablah kamu terhadap saudaramu yang telah engkau pilih sebagai teman belajarmu, dan apabila engkau telah paham lebih dulu daripada dia maka janganlah kamu sombong terhadapnya; dan apabila dia mendabat dirimu dalam memahami suatu permasalahan maka dengarkanlah terlebih dulu apa yang akan dia sampaikan; karena bisa jadi kebenaran itu ada padanya sedangkan kamu salah dalam pemahaman. Hati-hatilah kamu dari berdebat dengan kebatilah dan berusaha membela pendapatmu walaupun pendapatmu adalah salah, karena ilmu itu amanah. Dan barang siapa yang membela kebatilan maka sungguh dia telah menyia-nyiakan amanah Allah.

Wahai anakku: sering-seringlah kamu mengulas pelajaran yang telah kamu peroleh, karena virusnya ilmu adalah lupa.

Dan ketahuilah, bahwa dirimu pada akhir tahun nanti akan dites pada setiap mata kuliahmu, dan ketika ujian tiba, maka orang yang dihormati yaitu apabila dia dapat memberikan jawaban yang benar; dan orang yang tdak akan dihormati oleh saudara dan keluarganya yaitu apabila tidak dapat memberikan jawaban yang benar sehingga tampaklah bahwa dia terlalu meremehkan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Wahai anakku: hati-hatilah kamu dari ulasanmu yang hanya merupakan hafalan saja tanpa engka fahami maknanya. Akan tetapi jadikanlah semangat juangmu menghantarkan dirimu untuk bisa memahami makna-maknanya serta mengokohkannya di dalam benakmu, karena sesungguhnya ilmu itu apa yang kamu fahami bukan apa yang kamu hapalkan.

Wahai anakku: Berdiskusi di kalangan palajar dalam masalah ilmiah banyak sekali faedahnya, maka kuatkanlah pemahamanmu, lancarkanlah lisanmu, fokuskan dirimu untuk mengungkapkan sasaran yang dituju dengan sebaik-baiknya, dan timbulkan rasa berani di dalam berdiskusi. Akan tetapi -wahai anakku- ini semua tidak akan dapat memberikan manfaat bagi dirimu di hadapan Allah dan tidak pula di hadapan orang banyak kecuali jika kamu berakhlak cemerlanbg; jauh dari berkata-kata kotor, kamu ucapkan kebenaran walaupun kepada dirimu sendiri, dan jangan sampai celaan orang yang mencela menyebabkan dirimu tidak berkata benar.
 

Pelajaran ke 8 : "Berbagai adab Berolah Raga dan Berjalan di Jalan"


Wahai anakku: sesungguhnya engkau di waktu-waktu kosongmu membutuhkan olah raga sehingga semangatmu untuk melangsungkan pelajaran pulih kembali, dan apabila engkau keluar untuk melakukan olah raga maka carilah tempat-tempat yang berudara segar, dan kamu harus tenang dan rileks. Janganlah kamu berjalan terburu-buru, jangan kamu bercanda dengan seorangpun ketika berada di jalan, dan janganlah kamu tertawa kecuali sekedar senyuman.

Wahai anakku: apabila kamu keluar untuk berolah raga atau untuk keperluan lainnya bersama saudara-saudaramu, maka hindarilah oleh kalian untuk mengganggu seseorangpun yang lewat di jalan. Dan jangan kalian berjalan berjejer-jejer di jalan umum, walaupun jalan tersebut luas adanya, maka berjalanlah kalian berpasang-pasangan, dan kalau tidak demikian maka berjalanlah satu per satu.

Wahai anakku: sesungguhnya jalan raya itu bukan milik siapa-siapa, dan bagi setiap pengguna jalan masing-masingnya memiliki hak untuk melewatinya. Maka janganlah kalian saling berdesak-desakan di jalan, karena yang demikian itu akan menjadikan para penuntut ilmu yang mulia ini menjadi hina, dan akan menghilangkan rasa penghormatan orang banyak terhadap mereka.

Wahai anakku: apabila kamu melihat kegaduhan pada jalan (yang kau lalui), atau engkau melihat sekelompok oran saling pukul-memukul satu sama lainnya, maka janganlah kamu ikut serta bersama mereka, atau jangan engkau dekati mereka, karena hal tersebut terkadang merupaka sebab kehinaan dirimu, atau adanya tuduhan (yang disandarkan padamu) terhadap sesuatu yang sebenarnya engkau tidak terkait dengannya.

Wahai anakku: apabila ada seseorang yang mengganggu dirimu di perjalananmu dari kalangan orang awam, maka janganlah kamu membalasnya dengan permusuhan yang semisal itu, namun hendaklah kamu memaafkan orang yang mendzalimi dirimu, karena Allah akan meninggikan kedudukanmu
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah" (As-Syuraa':40)

Wahai anakku: apabila kamu keluar masjid, atau dari asrama, untuk membeli sesuatu yang engkau butuhkan -berupa makanan, minuman, pakaian, ataupun yang lainnya- maka janganlah kamu terpancing untuk mendebat orang-orang awam, dan jangan kamu terpancing untuk mendengarkan ucapan-ucapan mereka yang kotor, dan berusahalah kamu menjauhi mereka. Jika kamu tawar-menawar dengan penjual dan kamu telah cocok dengan tawaran harga yang ada hendaklah kamu membelinya, dan kalau tidak cocok maka tinggalkanlah dengan tenang atau dengan mengucapkan salam. Hindarilah olehmu hanya sekedar menawar saja tanpa membeli karena hal tersebut akan memancing mereka untuk mengucapkan sesuatu yang kamu benci dari kalimat-kalimat celaan dan penghinaan.

Wahai anakku: apabila kamu berdialog dengan seseorang, maka janganlah kamu keraskan suaramu kecuali hanya sekedar apa yang dapat didengarkan olehnya. Berucaplah kamu dengan lemah lembut, dengan ucapan yang baik, dan waspadalah kamu dari berbincang-bincang dengan sesuatu kalimat yang dapat mengurangi kedudukanmu di hadapan lawan bicaramu, walaupun umur dan kedudukannya dia sama dengan dirimu. Dan apabila ada seseoran yang mengajak kamu berbincang-bincang maka dengarkanlah dia baik-baik dan janganlah kamu balas dengan kekerasan dan kekasaran.
 

Pelajaran ke 9 : "Adab Bermajlis dan Ketika Kuliah"


Wahai anakku: apabila kamu melewati suatu kaum, maka ucapkanlah salam kepada mereka dengan lafadz yang ma'ruf sebagaimana yang dicontohkan oleh sunnah nabawiyyah, yaitu ucapan "Assalamu'alaikum" dan janganlah kamu lebih-lebihkan ucapan selamat ini dengan ucapan lainnya yang telah dibuat-buat (seperti selamat pagi, dll). Dan janganlah kamu memasuki majelisnya suatu kaum kecuali setelah meminta ijin kepada mereka, karena terkadang mereka sedang memperbincangkan suatu permasalahan yang mereka tidak suka jika ada orang lain yang ikut bergabung, dan jauhilah sikap kekanak-kanakan di hadapan manusia, karena sikap kekanak-kanakan tidak berkenan di hati, sekalipun dia orang yang alim pada masa itu.

Wahai anakku: lihatlah kepada dirimu sendiri, jika kamu berada di rumahmu -sebagai contoh- melakukan suatu aktifitas dimana kamu ingin supaya tidak ada seorangpun selainmu melihatnya, tiba-tiba ada orang masuk sehingga menyebabkan kamu kaget, bukankah engkau merasa risih (tidak suka) kepadanya, dan kamupun berharap supaya dia cepat pergi? Maka demikianlah juga keadaan dirimu, apabila kamu mendatangi suatu kaum tanpa meminta izin (kepada mereka) dan merekapun tidak suka atas kehadiranmu di tengah-tengah mereka.

Wahai anakku: apabila engkau diundang untuk berkumpul dengan suatu kaum, sedangkan dirimu orang yang paling muda di kalangan mereka, maka janganlah kamu duduk sehingga tuan rumahnya mempersilakan duduk kepadamu, apabila kamu duduk maka janganlah kamu mendesak salah seorangpun dari mereka yang duduk, dan jangan pula kamu membuat orang yang telah duduk meniggalkan tempat duduknya karena kamu, dan jangan kamu menduduki tempat yang tinggi, apabila ada di dalam majelis tersebut orang yang lebih berhak darimu. Apabila kamu duduk pada suatu tempat kemudian datang seseorang yang lebih berhak daripada dirimu untuk duduk pada tempat tersebu, maka berikanlah tempat tersebut kepadanya sebelum dirimu diperintahkan untuk menyingkir dari tempat tersebut, niscaya bertambahlah kehormatanmu di hadapan hadirin.

Wahai anakku: apabila engkau duduk di tengah-tengah suatu kaum maka janganlah kamu ikut campur dalam pembicaraan mereka sampai mereka mempersiakan dirimu, janganlah engkau berbicara sedangka pada kaum tersebut ada orang yang lebih pantas untuk berbicara dari pada dirimu. Apabila kamu berbiara maka janganlah kamu berkata kecuali kebenaran, dan janganlah kamu memperluas topik pembicaraan dan janganlah kamu mendebat para hadirin kecuali dengan adab dan dengan tetap menjaga diri dari ketergelinciran lisan. Janganlah engkau tergahak-bahak di dalam suatu majelis karena yang demikian merupakan akhlaknya orang yang rendah dan tidak berpendidikan, dan berusahalah aga sedikit dalam bersenda gurau, karena sesungguhnya berlebihan dalam senda gurau akan menghilangkan kehormatan dan kadang menyulut berkobarnya kemarahan sebagian manusia atas dirimu.

Wahai anakku: janganlah kamu duduk-duduk kecuali bersama orang yang memiliki kewibawaan, kemuliaan, penjagaan diri terhadap perkara yang haram, dan kesempurnaan, jauhkanlah dirimu dari berkumpul dengan orang-orang pandir dan jauhilah gerombolan mereka, waspadalah terhadap majelis ghibah dan namimah(mengadu domba) dengan sungguh-sungguh, dan janganlah kamu bermajlis dengan seseorangpun dari orang-orang fasik, suka bertindak kotor, tipu muslihat dan perbuatan nifak, karena akhlak jelek itu akan memberikan dampak negatif terhadap orang-orang yang berkumpul dengannya sebagaimana api yang membakar kayu bakar.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar