Wahai Rasul
uzairsuhaimi.wordpress.com
Wahai Rasul! Begitu keras didikan Rabb-mu
sejak dini: tidak sempat memperoleh perlindungan ayahanda, hanya
sepintas menikmati pelukan_hangat_teduh ibunda, sejenak memperoleh
dukungan_wibawa kakek, menikmati masa remaja dalam kepapaan_harta
keluarga pamanda, dan sesaat memperoleh pembelaan luar biasa istrimu
ketika kaum Kuffar-Quraisy sengit memusuhimu karena risalahmu yang sangat mengancam status quo!
Wahai Rasul! Didikan Rab-Mu seolah
menegaskan: “Mustahil bagimu memperoleh perlindungan ayahmu karena dia
sudah Kupanggil bahkan sebelum engkau sempat melihat wajahnya yang
bercahaya; jika engkau menginginkan perlindungan ibu maka ia
Kupanggil_pulang, jika engkau ingin perlindungan kakekmu maka ia
Kupanggil_pulang pula, jika ingin perlindungan pamanmu maka ia pun
Kupanggil_pulang, dan jika ingin perlindungan istrimu maka
Kupanggil_pulang dia; tapi …jika engkau meginginkan perlindungan-Ku maka
inilah Aku yang Maha dan Senantiasa Hidup”.
Wahai Rasul yang “terlalu” sabar
sehingga tidak mau memarahi pasangan suami_istri yang gigih menebar
duri di jalan yang diberkati, jalan yang biasa engkau lalui ketika
engkau menuju rumah Rabb-mu! Engkau “terlalu” sabar sehingga Rabb-mu
“terpaksa” menurunkan surat kecaman khusus terhadap ulah mereka[1].
Wahai Rasul yang “terlalu” rendah hati sehingga mengabaikan ulah
keterlaluan seorang wanita yang rajin meludahimu yang ketika absen
meludahimu karena sakit engkaulah penjenguk pertamanya!
Wahai Rasul yang “terlalu” santun
sehingga tidak tega menegur para sahabatmu agar pulang karena telah
engkau jamu dan berlama-lama berbincang_hampa sampai larut malam; hatimu
“terlalu” lembut sehingga Rabb-mu “terpaksa” menurunkan ayat teguran
kepada mereka![2]
Wahai Rasul yang konon agak “telat” berhijrah ke Madinah semata-mata karena engkau merasa perlu menyelesaikan urusan hartawan kaum Kuffar-Quraisy,
kaum yang sangat memusuhi sekaligus mempercayai kejujuranmu sehingga
merasa engkaulah yang paling aman untuk menitipkan harta kekayaan!
Wahai Rasul yang “terlalu” menghormati
istri sehingga mampu secara sungguh-sungguh meminta maaf kepada istri
yang mengunci_pintu ketika engkau pulang larut karena mengurus umat!
Rab-mu memberkati beranda rumah tempat engkau menikmati dingin malam
itu!
Wahai Rasul yang bengkak kakinya karena
“terlalu” lama salat_minta_ampun kepada Rabb-mu yang telah dan akan
menjamin ampunan untukmu, hanya karena engkau merasa tidak mampu ber-tahmid kepada-Nya secara layak!
Wahai Rasul yang menolak permintaan izin
Malaikat Pencabut Nyawa untuk mengambil nyawamu yang suci sekalipun ia
telah menjanjikan kemulyaanmu di akhirat tetapi tidak memberikan jaminan
keselamatan bagi seluruh umatmu!
Wahai Rasul yang sehari kenyang untuk bersyukur dan sehari lapar untuk bersabar!
Wahai Rasul pecinta anak_yatim dan pengasih orang_miskin!
Wahai Dzat yang penggengam jiwa!
Kasihanilah agar hambamu ini tidak terlalu pelit untuk sekadar
bersalawat kepada Rasul-Mu yang ummi itu, rasul yang Engkau sendiri
memuji berakhlak Agung[3].
Wahai Dzat yang Maha Luas Karunia-Nya! Kabulkanlah permohonan hamba-Mu agar Engkau berkenan melimpahkan keselamatan kepada Muhammad SAW
dan keluarganya sebagaimana Engkau limpahkan kepada Ibrahim AS dan
keluarganya! Limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad SAW dan
keluarganya sebagaimana Engkau limpahkan kepada Ibrahim AS dan
keluarganya! Segala puji bagi-Mu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar