Selasa, 01 Mei 2012

Ayo... Menikah Di Bulan yang baik !!

Ayo... Menikah Di Bulan yang baik !!
Berita : Suara Kebudayaan
Reporter : Babun Wahyudi

Lumajang (suaranusantara.com) Pernikahan merupakan sebuah kegiatan yang sangat sakral, dimana dua pasang anak manusia akan bersatu dalam mengarungi bahtera kehidupan. Bagi masyarakat jawa pada umumnya dan di Lumajang pad khususnya, pernikahan yang akan dilangsungkan harus memilih bulan yang baik.

MasyarakatJawa, khususnya Lumajang lebih memilih bulan Hijriah untuk dijadikan patokan kapan pernikahan akan dilangsungkan. kita sering melihat banyak pernikahan dilangsungkan di dua bulan yaitu bulan Sya'ban (Ruah) dan bulan Dzulhijjah (Besar), walaupun kita juga melihat di bulan lain ada pernikahan tapi tidak sebanyak  dua bulan tersebut.

Dari data yang di kumpulkan suaranusantara.com selasa (19/07/2011) di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Sukodono dan Kecamatan Lumajang, menunjukkan angka pernikahan di kedua bulan tersebut sangat tinggi di banding dengan bulan-bulan yang lain. Contoh ini diambil karena kita akan melihat perbandingan di kedua Kecamatan yang berbeda karakter masyarakatnya. kecamatan Sukodono masih terbilanng masyarakat Desa yang memegang teguh adat istiadat, sedangkan kecamatan Lumajang bisa di bilang sudah moderen. 

Di Kecamatan Sukodono pada tahun 2010 ada 542 pernikahan, dan yang paling banyak di langsungkan pada bulan Sya'ban dan Dzulhijjah. Dimana di dua bulan ini bisa mencapai 90 lebih pernikahan.

Menurut Nanang (21) staf Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sukodono, pada dua bulan ini sangat banyak dilangsungkan pernikahan sedangkan pada bulan bulan yang lain juga ada pernikahan akan tetapi sedikit.

" Di bulan yang ada, tapi sediukit," ujarnya.

Menurutnya, kondisi ini kemungkinan dipengaruhi oleh  kepercayaan masyarakat yang menganggap ada bulan baik untuk dilangsungkannya sebuah pernikahna. Orang-orang disini masih memegang teguh adat-istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya.

"Kepercyaan masyarakat dan meneruskan adat-istiadat leluhur," ungkapnya.

Kejadian serupa terjadi di KUA Kacamatan Lumajang, data perkawinan di 2010 tercatat 830 perkawinan. Dimana perkawinan terbanyak juga terjadi di bulan Sya'ban dan Dzulhijjah, di dua bulan ini perkawian bisa mencapai di atas 100 perkawinan.

"Hampir 150 perkawinan," ujar Yakin Pagawai di KUA ini.

K.H. Husni (60) seorang tokoh agama di Desa Kutorenon, Kecamatan Sukodono, membenarkan sering terjadinya pernikahan di dua bulan ini disebabkan adanya keterangan dan kepercayaan masyarakat yang menyebutkan ada bulan-bulan yang baik untuk melaksanakan perikahan.

" Di kitab Mujarrobah ada keterangan bulan yang baik, yang dikuatkan dengan Hadist Nabi," ujarnya.

Di kitab ini disebutkan, apabila perkawinan dilangsungkan di bulan Muharrom maka keadaan keluarga akan sering cekcok, bulan Sofar keluarga akan mengalami sulit perekonomian, bulan Robi'ul Awal(mulud) keluarga tidak akan lama bertahan karena salah satunya akan cepat mati, bulan Robi'ul Akhir (ba'da Mulud) keluarga akan sering mendapat fitnah, bulan Jumadil Awal pernikahan mejadikan sebab ketidak baikan, bulan Jumadil Akhir sudah ada kebahgiaan bagi keluarga akan tetapi masih sedikit, bulan Rojab (Rejeb) pasangan akan mudah di beri keturunan, bulan Ramadhan (Poso) keluarga akan sering bertengkar karena egoisme masing-masing tinggi, bulan Syawal keluaraga akan banyak hutang, bulan Dzulko'idah (Selo/Apit) godaanya adalah kesehatan dimana keluarga akan sering sakit-sakitan.

Apabila Pernikahan dilangsungkan di bulan Sya'ban maka keluarga akan di beri ketentraman dan kedamaian (rahaya). Sedangkan di bulan Dzulhijjah pasangan keluarga akan menemukan banyak kebahagiaan.

"Dipercayai atau tidak ini yang terjadi masyarakat, yang terpenting berusaha dan berpasrah kepada alloh SWT bahwa semuanya sudah di atur," tutur pria yang kesehariannya menjadi guru ngaji ini.(yud/sur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar