Ayo... Menikah Di Bulan yang baik !!
Berita : Suara Kebudayaan
Berita : Suara Kebudayaan
Reporter : Babun Wahyudi
Lumajang (suaranusantara.com) Pernikahan merupakan sebuah kegiatan yang
sangat sakral, dimana dua pasang anak manusia akan bersatu dalam
mengarungi bahtera kehidupan. Bagi masyarakat jawa pada umumnya dan di
Lumajang pad khususnya, pernikahan yang akan dilangsungkan harus memilih
bulan yang baik.
MasyarakatJawa, khususnya Lumajang lebih memilih bulan Hijriah untuk
dijadikan patokan kapan pernikahan akan dilangsungkan. kita sering
melihat banyak pernikahan dilangsungkan di dua bulan yaitu bulan Sya'ban
(Ruah) dan bulan Dzulhijjah (Besar), walaupun kita juga melihat di
bulan lain ada pernikahan tapi tidak sebanyak dua bulan tersebut.
Dari data yang di kumpulkan suaranusantara.com selasa (19/07/2011) di
dua Kecamatan yaitu Kecamatan Sukodono dan Kecamatan Lumajang,
menunjukkan angka pernikahan di kedua bulan tersebut sangat tinggi di
banding dengan bulan-bulan yang lain. Contoh ini diambil karena kita
akan melihat perbandingan di kedua Kecamatan yang berbeda karakter
masyarakatnya. kecamatan Sukodono masih terbilanng masyarakat Desa yang
memegang teguh adat istiadat, sedangkan kecamatan Lumajang bisa di
bilang sudah moderen.
Di Kecamatan Sukodono pada tahun 2010 ada 542 pernikahan, dan yang
paling banyak di langsungkan pada bulan Sya'ban dan Dzulhijjah. Dimana
di dua bulan ini bisa mencapai 90 lebih pernikahan.
Menurut Nanang (21) staf Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sukodono,
pada dua bulan ini sangat banyak dilangsungkan pernikahan sedangkan pada
bulan bulan yang lain juga ada pernikahan akan tetapi sedikit.
" Di bulan yang ada, tapi sediukit," ujarnya.
Menurutnya, kondisi ini kemungkinan dipengaruhi oleh kepercayaan
masyarakat yang menganggap ada bulan baik untuk dilangsungkannya sebuah
pernikahna. Orang-orang disini masih memegang teguh adat-istiadat yang
diwariskan oleh leluhurnya.
"Kepercyaan masyarakat dan meneruskan adat-istiadat leluhur," ungkapnya.
Kejadian serupa terjadi di KUA Kacamatan Lumajang, data perkawinan di
2010 tercatat 830 perkawinan. Dimana perkawinan terbanyak juga terjadi
di bulan Sya'ban dan Dzulhijjah, di dua bulan ini perkawian bisa
mencapai di atas 100 perkawinan.
"Hampir 150 perkawinan," ujar Yakin Pagawai di KUA ini.
K.H. Husni (60) seorang tokoh agama di Desa Kutorenon, Kecamatan
Sukodono, membenarkan sering terjadinya pernikahan di dua bulan ini
disebabkan adanya keterangan dan kepercayaan masyarakat yang menyebutkan
ada bulan-bulan yang baik untuk melaksanakan perikahan.
" Di kitab Mujarrobah ada keterangan bulan yang baik, yang dikuatkan dengan Hadist Nabi," ujarnya.
Di kitab ini disebutkan, apabila perkawinan dilangsungkan di bulan
Muharrom maka keadaan keluarga akan sering cekcok, bulan Sofar keluarga
akan mengalami sulit perekonomian, bulan Robi'ul Awal(mulud) keluarga
tidak akan lama bertahan karena salah satunya akan cepat mati, bulan
Robi'ul Akhir (ba'da Mulud) keluarga akan sering mendapat fitnah, bulan
Jumadil Awal pernikahan mejadikan sebab ketidak baikan, bulan Jumadil
Akhir sudah ada kebahgiaan bagi keluarga akan tetapi masih sedikit,
bulan Rojab (Rejeb) pasangan akan mudah di beri keturunan, bulan
Ramadhan (Poso) keluarga akan sering bertengkar karena egoisme
masing-masing tinggi, bulan Syawal keluaraga akan banyak hutang, bulan
Dzulko'idah (Selo/Apit) godaanya adalah kesehatan dimana keluarga akan
sering sakit-sakitan.
Apabila Pernikahan dilangsungkan di bulan Sya'ban maka keluarga akan di
beri ketentraman dan kedamaian (rahaya). Sedangkan di bulan Dzulhijjah
pasangan keluarga akan menemukan banyak kebahagiaan.
"Dipercayai atau tidak ini yang terjadi masyarakat, yang terpenting
berusaha dan berpasrah kepada alloh SWT bahwa semuanya sudah di atur,"
tutur pria yang kesehariannya menjadi guru ngaji ini.(yud/sur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar